Sabtu, 22 Januari 2011

Flanel Lucu3x......

 Chibi Flower
Bahan : Flanel
Harga @ Rp 2000
Warna : bisa sesuai pesanan
Mini Carrot
 Bahan : Flanel
Harga @ Rp 2000
Warna : bisa sesuai pesanan

Little Star
Bahan : Flanel
Harga @ Rp 2000
Warna : bisa sesuai pesanan
Rainbow flower
Bahan : Flanel
Harga @ Rp 5000
Warna : bisa sesuai pesanan

Jumat, 14 Januari 2011

Teori dan Konsep Dasar Pengembangan Masyarakat


Sejarah lahirnya teori pengembangan masyarakat
Sebagai sebuah wacana dalam ilmu sosial pada umumnya dan studi pembangunan pada khususnya, pengembangan masyarakat menempati arti tersendiri. Hal ini didasarkan atas debat kontemporer mengenai proses pembangunan sejak dipertanyakannya perspektif modernisasi dalam pembangunan yang sarat akan bias kepentingan Negara “maju”. Pengembangan masyarakat menjadi semacam spirit atassebuah paradigma pembangunan yang tidak lagi delivered di mana direncanakan oleh “atas” atau bahkan mengikuti pola “Barat”, tetapi sebagai sebuah pembangunan yang berwarna people centered. Dengan berkembangnya gagasan-gagasan dalam teori dependensia (hubungan ketergantungan, ada pihak dominant dan pihak dependen) yang ingin secara lebih mandiri dan kontekstual melekukan peningkatan kesejahteraan masyarakat. Lebih dari itu, prinsip bottom-up menjadi sebuah kata yang sangat menjanjikan atas dasar kegagalan berbagai Negara dalam menyejahterakan rakyatnya.
Robert Chambers dalam karyanya yang sangat kondang Putting The Last First (1983) lebih menyemangati arah tersebut menjadi sebuah gerakan populis, kepada rakyat untuk rakyat dan oleh rakyat. Secara filosofi, tentu saja bukan hanya Chambers yang mengawali gagasan ini.
Dalam kaitannya dengan upaya-upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui peningkatan taraf hidup (ekonomi) masyarakat, wacana paradigmatik dalam ilmu ekonomi pun juga berkembang. Gunnar Myrdal, misalnya, dalam buku Asian Drama, menyusun kembali ilmu ekonomi yang berkaitan dengan nilai kemanusiaan, baik perorangan, masyarakat, maupun bangsa. Muncul pula wajah kajian ekonomi baru dengan pendekatan humanistik dari Eugene Lovell dalam bukunya yang terkenal Humanomic, dan dari E.F. Schumacher, yakni Small is Beautiful, Economis as if People Mattered. Para ekonom telah menyadari sepenuhnya bahwa meniadakan hubungan antar kajian ekonomi dan nilai-nilai moral humanis adalah suatu kekeliruan besar dan tidak bertanggung jawab dalam menjaga keselamatan manusia dan alam semesta.

Konsep Dasar Pengembangan Masyarakat
            Pengembangan masyarakat yang juga dikenal dengan pembangunan masyarakat, menurut Dirjen Bangdes pada hakekatnya merupakan proses dinamis yang berkelanjutan dari masyarakat untuk mewujudkan keinginan dan harapan hidup yang lebih sejahtera dengan strategi menghindari kemungkinan tersudutnya masyarakat desa sebagai penanggung ekses dari pembangunan regional atau nasional. Pengertian tersebut mengandung makna, betapa pentingnya inisiatif local, partisipasi masyarakat sebagai bagian dari model-model pembangunan yang dapat menyejahterakan masyarakat desa (Soelaiman, 1998:132). Program pembangunan masyarakatini tidak berpusata pada birokrasi melainkan berpusat pada masyarakatatau komunitasnya sendiri. Pemberian kekuasaan pada inisiatif lokal dan partisipasi masyarakat menjadi kata kunci dalam pembangunan masyarakat.
            Berkaitan dengan batasan pengertian di atas ada beberapa unsur dalam pengertian pembangunan masyarakat, yaitu menitikberatkan pada komunitas sebagai suatu kesatuan, mengutamakan prakarsa dan sumber daya setempat, sinergi antara sumber daya internal dan eksternal serta terintegrasinya masyarakat local dan nasional. Pada arah tersebut, pengembangan komunitas diarahkan pada peningkatan kapasitas masyarakat dalam identifikasi kebutuhan mereka, kapasitas mengidentifikasi sumber daya, peluang dan peningkatan kapasitas dalam pengelolaan pembangunan. Peningkatan masyarakat diarahkan pada kemampuan individu untuk memproses keseluruhan pengalaman sosialnya, termasuk pemahamannya terhadap realitas di sekelilingnya dan merealisasikan gagasan, target atau proyeknya.
            Essensi yang terkandung dalam pembangunan masyarakat pada hakekatnya tidak sekedar membantu masyarakat dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang mereka hadapi, namun lebih dari itu pembangunan masyarakat merupakan usaha untuk membentuk kemandirian mereka, sehingga dapat menghadapi permasalahannya sendiri. Implisit didalamnya, manusia merupakan unsur pokok didalam proses pembangunan. Dengan demikian, selain bertujuan meningkatkan taraf hidup masyarakat, maka secara ideal pembangunan masyarakat juga mempersyaratkan adanya partisipasi, kreatifitas dan inisiatif dari masyarakat. Pembagunan akan berhasil guna ketika mampu menggerakkan partisipasi masyarakat di dalamnya. Oleh karena itu, salah satu indicator keberhasilan pembangunan masyarakat juga harus diukur dengan ada atau tidaknya partisipasi masyarakat di dalamnya. Peningkatan kapasitas masyarakat menjadi titik sentral dalam pembangunan masyarakat.
            Menurut David C. Korten (Moeljarto, 1987:44) konsep pembangunan masyarakat pada hakekatnya memiliki beberapa aspek sebagai berikut :
1.      Keputusan dan inisiatif untuk memenuhi kebutuhan masyarakat dibuat ditingkat lokal.
2.      Fokus utama adalah memperkuat kemampuan masyarakat miskin dalam mengawasi dan mengerahkan asset-asset untuk memenuhi kebutuhan sesuai dengan potensi daerah mereka sendiri.
3.      Memiliki toleransi terhadap perbedaan dan mengakui arti penting pilihan nilai individu dan pembuatan keputusan yang telah terdistribusi.
4.      Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan social dilakukan proses belajar sosial di mana individu berinteraksi satu sama lain menembus batas-batas organisatoris dan dituntun oleh kesadaran kritis individual.
5.      Budaya kelembagaan ditandai dengan adanya organisasi yang mengatur diri sendiri (adanya unit-unit lokal) yang mengelola dirinya sendiri.
6.      Jaringan koalisi dan komunikasi pelaku (aktor) lokal dan unit-unit local yang mengelola diri sendiri, mencakup kelompok penerima manfaat lokal, organisasi pelayanan daerah, pemerintah daerah, bank-bank pedesaan dan lain-lain akan menjadikan basis tindakan-tindakan lokal yang diserahkan untuk memperkuat pengawasan lokal yang mempunyai dasar luas atas sumber-sumber dan kemampuan lokal untuk mengelola sumber daya mereka.
David C. Korten memberi makna terhadap pembangunan sebagai upaya memberikan kontribusi pada aktualisasi potensi tertinggi kehidupan manusia. Menurutnya, pembangunan selayaknya ditujukan untuk mencapai sebuah standar kehidupan ekonomi yang menjamin pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Kebutuhan dasar tidak dilihat dalam batasan-batasan minimum manusia, yaitu kebutuhan akan makanan, tempat tinggal, pakaian dan kesehatan, tetapi juga sebagai kebutuhan akan rasa aman, kasih saying, mendapatkan penghormatan dan kesempatan untuk bekerja secara fair, serta tentu saja aktualisasi spiritual. Konsepsi akan pembangunan manusia Indonesia seutuhnya. Dalam perspektif agama agaknya cukup relevan dalam konteks ini. Beberapa asumsi yang dapat digunakan dalam rangka mewujudkan semangat ini akan dikemukakan sebagai berikut :
Pertama, pada intinya upaya-upaya pengembangan masyarakat dapat dilihat sebagai peletakan sebuah tatanan sosial di mana manusia secara adil dan terbuka dapat melakukan usahanya sebagai perwujudan atas kemampuan dan potensi yang dimilikinya sehingga kebutuhannya (material dan spiritual) dapat terpenuhi. Pengembangan masyarakat, oleh karena itu, tidak berwujud tawaran sebuah proyek usaha kepada masyarakat, tetapi sebuah pembenahan struktur sosial yang mengedepankan keadilan. Pengembangan masyarakat pada dasarnya merencanakan dan menyiapkan suatu perubahan sosial yang berarti bagi peningkatan kualitas kehidupan manusia.
Kedua, pengembangan masyarakat tidak dilihat sebagai suatu proses pemberian dari pihak yang memiliki sesuatu kepada pihak yang tidak memiliki. Kerangka pemahaman ini akan menjerumuskan kepada usaha-usaha yang sekadar memberikan kesenangan sesaat dan bersifat tambal sulam. Misalnya, pemberian bantuan dana segar (fresh money) kepda masyarakat hanya akan mengakibatkan hilangnya kemandirian dalam masyarakat tersebut atau timbulnya ketergantungan. Akibat yang lebih buruk adalah tumbuhnya mental “meminta”.
Ketiga, pengembangan masyarakat mesti dilihat sebagai sebuah proses pembelajaran kepada masyarakat agar mereka dapat secara mandiri melakukan upaya-upaya perbaikan kualitas kehidupannya. Menurut Soedjatmoko, ada suatu proses yang sering kali dilupakan bahwa pembangunan adalah social learning. Oleh karena itu, pengembangan masyarakat sesungguhnya merupakan sebuah proses kolektif di mana kehidupan berkeluarga, bertetangga, dan bernegara tidak sekadar menyiapkan penyesuaian-penyesuaian terhadap perubahan sosial yang mereka lalui, tetapi secara aktif mengarahkan peubahan tersebut pada terpenuhinya kebutuhan bersama.
Keempat, pengembangan masyarakat, oleh karena itu, tidak mungkin dilaksanakan tanpa keterlibatan secara penuh oleh masyarakat itu sendiri. Partisipasi bukan sekadar diartikan sebagai kontribusi mereka dalam setiap tahapan yang mesti dilalui oleh suatu program kerja pengembangan masyarakat, terutama dalam tahapan perumusan kebutuhan yang mesti dipenuhi. Asumsinya, masyarakat yang paling tahu kebutuhan dan permasalahan yang mereka hadapi.
Kelima, pengembangan masyarakat selalu ditengarai dengan adanya pemberdayaan masyarakat. Tidak mungkin rasanya tuntutan akan keterlibatan masyarakat dalam suatu program pembangunan tatkala masyarakat itu sendiri tidak memiliki daya ataupun bekal yang cukup. Oleh karena itu, mesti ada suatu mekanisme dan sistem untuk memberdayakan masyarakat. Masyarakat harus diberi suatu kepercayaan bahwa tanpa ada keterlibatan mereka secara penuh, perbaikan kualitas kehidupan mereka tidak akan membawa hasil yang berarti. Memang sering kali pemberdayaan masyarakat diawali dengan mengubah dahulu cara pandang masyarakat dari nrimo ing pandum menjadi aktif partisipatif.
Dari asumsi dasara tersebut lahirlah hak, nilai, dan keyakinan dalam masyarakat yang harus dihormati, antara lain :
1.      Hak menentukan keputusan-keputusan yang mempengaruhi kesejahteraan mereka. Hak ini akan muncul karena adanya keyakinan bahwa masyarakat memiliki kemampuan (viabilitas) memecahkan masalahnya sendiri.
2.      Masyarakat mempunyai hak untuk berusaha menciptakan lingkungan yang diinginkannya dan menolak suatu lingkungan yang dipaksakan dari luar. Penciptaan lingkungan sesuai keinginan ini tetap didasari ketenangan dan ketentraman lingkungan lainnya sehingga dalam diri masyarakat terjadi interaksi sosial aktif dan adaptif. Oleh karena itu, proses pembelajaran selalu lahir dan potensi sosial.
3.      Masyarakat harus diyakini mampu bekerja sama secara rasional dalam bertindak untuk mengidentifikasi masalah dan kebutuhan komunitasnya, serta bertindak dalam menggapai tujuan secara bersama. Dengan demikian, dalam pembangunan masyarakat penting untuk memperhatikan karakteristik komunitas dan masyarakat pada umumnya, terutama yang berkaitan dengan penentuan kontribusi kekuasaan.

Menarik Kesimpulan dan Penulisan Laporan


MENARIK KESIMPULAN
Keluhan seorang peneliti ttg keputusan pejabat
Keluhan pejabat ttg kesimpulan penelitian

Kepada siapa penelitian diabdikan ?
Kepada siapa keputusan birokrat diperuntukkan ?

Keputusan Birokrasi             VS                
-Teknokrat                                                     Peneliti
-Birokrat

Kesimpulan Penelitian:
üBukanlah suatu karangan/perkataan umum (common sense)
üHarus mendasarkan atas semua data dlm penelitian
üMrpk jawaban dari rumusan masalah
üJumlah rumusan masalah, hipotesis dan kesimpulan “sama”
(Krn peneliti mengajukan pertanyaan didlm rumusan masalah, maka peneliti memiliki hipotesis sbg jawaban sementara, dan akan dibuktikan dlm bentuk kesimpulan)
Contoh :
Rumusan Masalah :
  1. Apkh org tua murid di pedesaan memberikan motivasi belajar yg sama dgn org tua murid di kota ?
  2. Apakah ayah mempunyai peranan yg sama dgn ibu dlm memberikan motivasi belajar, baik di pedesaan maupun di kota ?
Hipotesis :
  1. Org tua murid di pedesaan memberikan motivasi belajar yg sama besar dgn org tua di kota
  2. Ayah dan Ibu memberikan motivasi belajar yg sama besar kpd anak2nya, baik di pedesaan maupun di kota
Kesimpulan :
  1. Org tua murid di pedesaan tdk memberikan motivasi belajar sebesar yg diberikan org tua di kota
  2. Ada perbedaan yg signifikan antara ayah dan ibu didlm memberikan motivasi belajar, baik bagi org tua murid di pedesaan maupun di kota

MENULIS LAPORAN
Substansi dlm menulis laporan adl :
üKita menuliskan apa yg telah kita lakukan dlm penelitian
üTulisan dpt dipahami pembaca
üPenelitian adl kerja ilmiah, maka penulisannyapun harus mengikuti aturan2 penulisan karya ilmiah

Aturan Penulisan :
1.       Penulis harus tahu kpd siapa laporan itu diajukan (artikel ilmiah di jurnal, majalah, buku, makalah, surat kabar)
2.       Penulis laporan harus menyadari pembaca tdk mengikuti kegiatan penelitian, shg harus jelas, sistematis, termasuk alasan-alasannya
3.       Pelapor harus menyadari bhw pembaca berbeda latar belakang, pengalaman, minat
4.       Laporan penelitian mrpk elemen pokok dlm kemajuan iptek

Kapan Menulis Laporan ?
Kebiasaan mhsw (skripsi, tesis, disertasi) mengumpulkan seluruh data, baru menulis laporan
Sebaiknya sudah dimulai sejak penelitian dimulai

OKI sebelumnya harus sudah merancang garis besar laporan.

Khusus ttg studi pustaka, gunakanlah sistem kartu

Menurut pembacanya, maka dibedakan atas 3, yaitu :
1.     Pembaca kalangan akademisi
²Menghendaki pertanggung jawaban ilmiah yg tinggi
²Kaidah penulisannya harus diperhatikan
²Laporan harus menyeluruh
2.     Pembaca golongan sponsor
²Sponsor bisa lembaga ilmiah, birokrat, perush dsb
²Masing2 sponsor memberikan “pedoman” ttt mengenai hasil yg harus dilaporkan
3.     Pembaca golongan awam
²Laporan tdk terlalu teknis, tapi yg mudah dipahami dan langsung pada masalah2 yg mjd temuan
²Tdk suka laporan yg tebal, melainkan ringkas dgn bahasa mudah
Berdasarkan tujuannya, laporan penelitian dibedakan:
1.    Penelitian dasar
±Tujuanya utk pengembangan ilmu
±Skripsi, tesis, disertasi (semakin tinggi, semakin tinggi pula kriteria formalitasnya)
2.    Penelitian terapan
±Tujuannya utk pemecahan masalah praktis kemasyarakatan
±Penelitian evaluasi, pengembangan atau aksi, format laporannya menyesuaikan permintaan sponsor

FORMAT LAPORAN SKRIPSI/TESIS/DISERTASI
1.     Bagian Pembukaan
Halaman judul, Halaman pengesahan, Daftar isi, Daftar Tabel, Daftar Lampiran, Kata Pengantar, Abstrak
2.     Bagian Isi
Bab I.   Pendahuluan
     latar belakang, perumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian
Bab II. Kajian Pustaka
     Penelitian terdahulu, Tinjauan pustaka, kerangka teori pendekatan masalah, hipotesis (jika ada), definisi operasional
Bab III. Metode Penelitian
     Rancangan penelitian, Populasi dan sampel, Teknik pengumpulan data, Analisis data
Bab IV. Hasil dan Pembahasan
     Hasil, Analisis data, Pembahasan
Bab V.  Kesimpulan
Keterbatasan,Kesimpulan,saran,implikasi
3.     Bagian Lampiran
Formulir Pengumpulan data/kuesioner, Kalkulasi rinci,
Tabel umum, Referensi/daftar pustaka

Penulisan Daftar Pustaka Sistem Harvard
(author-date style)

Buku dgn satu penulis :
Jordan, R. 1996, Academic Writing Course, 2nd ed., Harlow, Longman

Buku dgn lebih dari satu penulis :
McTaggart, D., Findlay, C. & Parkin, M., 1996, Economics, 2nd ed., Addison-Wesley, Sydney

Artikel Jurnal         yg dicetak miring judul jurnal (nama jurnal)
Abrahamson, A., 1991, “Managerial Fads and Fashions: The Diffusion and Rejection of Innovations” Academy of Management Review, 16 (3), 586-612


Artikel Majalah          dicetak miring judul majalah
Jayasankaran, S., 2000, “Malaysia: Miracle Cure”, Far Eastern Economic Review, The Economics. May 11, p36

Sumber dari internet
Chan, P., 2004, Electronic Statistics Textbook, Tulsa OK., StatSoft Online,

Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar; 1(1):[24 screens]. Avail  from: URL: http://www/cdc/gov/ncidoc/EID/eid.htm. Accessed December 25, 1999


Penulisan Daftar Pustaka Sistem Vancouver
(author-number style)
Contoh melakukan perujukan sumber pustaka dalam naskah tulisan :
“Uraian tentang dampak dari meluasnya flu burung telah disampaikan oleh penulis dalam publikasi yang lain (1). Beberapa penulis lain juga telah membahas secara luas terkait dengan masalah sosial yang berkaitan dengan fenomena tersebut, terutama Lane (2,3) dan Lewis (4). Hasil penelitian dari beberapa sumber menunjukkan bahwa penggunaan obat flu konvensional dalam kasus flu burung dapat berakibat fatal (1,4,5) bahkan dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kematian mendadak (3,6).

(1) Prabowo GJ, Priyanto E. New drugs for acute respiratory distress syndrome due to avian virus. N Ind J Med. 2005;337:435-9.
(2) Grinspoon L, Bakalar JB. Marijuana: the Forbidden Medicine. London: Yale Univ Pr; 1993.
(3) Feinberg TE, Farah MJ, editors. Behavioural Neurology and Neuropsychology. Ed ke2. New York: McGraw-Hill; 1997.
(4) Grimes EW. A use of freeze-dried bone in Endodontics. J Endod 1994; 20: 355-6.
(5) Morse SS. Factors in the emergence of infectious disease. Emerg Infect Dis [serial online] 1995 Jan-Mar; 1(1):[24 screens]. Available from: URL:http://www/cdc/gov/ncidoc/EID/eid.htm. Accessed December 25, 1999.
(6) Amerongen AVN, Michels LFE, Roukema PA, Veerman ECI. 1986. Ludah dan kelenjar ludah arti bagi kesehatan gigi. Rafiah Arbyono dan Sutatmi Suryo. Yogyakarta: Gadjah Mada University Pr; 1992. hlm 1-42.
(7) Prabowo GJ, Priyanto E. New drugs for acute respiratory distress syndrome due to avian virus. N Ind J Med. 2005;337:435-9.

PENGOLAHAN & ANALISIS DATA

Pengumpulan data paling banyak : Observasi dan wawancara

·       Persiapan sebelum ke lapang : Pemahaman yang sama antara peneliti & enumerator ttg kuesioner
·       Konsistensi selama di Lapang (batasan kerja per hari)

Data terkumpul


Editing
(proses pengecekan & penyesuaian yg diperlukan thd data penelitian utk memudahkan proses koding)
Kegiatan editing :
1. Kelengkapan pengisian
2. Keterbacaan tulisan
3. Kejelasan makna jawaban
4. Konsistensi jawaban satu sama lain
5. Relevansi jawaban atas pertanyaan
6. Keseragaman satuan data
Catatan : Editing yg baik adl segera setelah selesai dari lapang
            Bgmn dgn isian yg kosong ? kembali/rataan/drop ?

Koding
(menerjemahkan data kedlm bentuk kode,
mengklasifikasikan jawab menurut macamnya)
Contoh :
a. Usia
 [1] <25 [2] 25-35 [3]36-45 [4] 46-65 [5] >65
b. Pendidikan
[1] SMA [2] D3 [3]Sarjana [4]Master [5]Doktor
c. Jawaban
[1]ya  [2] tidak
Bgmn dgn jawaban kualitatif ?
tulis semua, setelah diketahui variasinya baru dikelompokkan


Lembar Ringkasan
(menghimpun semua data)



 

Tabulasi
(mendeskripsikan jml individu yg menjawab pertanyaan ttt)
-menyajikan hitungan frekuensi, distribusi
-utk menyusun kategori ketika ingin merubah skala dll


Analisis Data
(Disesuaikan dgn tujuan penelitian)



 


Interpretasi Data

Tempat kode
ü  menjadi satu dgn kuesioner
a.  tepat pada jawaban
b.  tempat kode disiapkan pd tepi kanan
ü  terpisah dgn kuesioner

Ketentuan dalam Pengkodean
1.     Pembuatan kategori jawaban harus mendasarkan pada satu azas kriteria
2.     Kategori yg dibuat harus saling terpisah tegas; artinya jika satu responden sudah termasuk dlm satu kategori, maka tdk mungkin masuk dlm kriteria yg lain
3.     Kategori yg dibuat harus lengkap, shg tdk ada satupun responden yg tdk termasuk dlm salah satu kategorinya

Cara memberi kode
1.  baca & fahami keseluruhan isi pertanyaan kuesioner
2.  perhatikan jawaban responden
3.  lihat pedoman buku kode
4.  utk pertanyaan terbuka, hrs tahu “keyword”
5.  pengkode hrs pewawancara
6.  hati-hati menulis kode “angka”
7.  apbl ada kesulitan dlm menentukan kode, jawaban ditulis pd lembaran tersendiri utk ditindaklanjuti

Beberapa saran praktis pengkodean :
1.  Kode dibuat sebelum kuesioner disebar
2.  Stlh kuesioner dikode, sebaiknya dicek pengawas kode
3.  Setiap kuesioner dikode oleh pewawancaranya
4.  Pengkode hrs mengacu pd buku kode
5.  Apbl ada perubahan, sebarkan kpd seluruh pengkode
6.  Pengkodean data dikerjakan dlm suatu ruangan
7.  Tempat pengkodean (duduk,ruangan) nyaman
8.  Peralatan tersedia (pensil, penghapus, rautan dll)

Contoh kode :
Variabel
Nama variabel
Kode kategori
Penddkan
Tingkat pendidikan
1. SD
2. SMP
Dst
Tabulasi
Nomor/kode
Butir Pertanyaan atau pernyataan (variabel)
Responden
1
2
3
4
5
dst
1






2






dst







Tabel tunggal, terutama utk deskripsi data
No
Jenis kelamin
Jumlah
Persen
1
2
Laki
Perempuan



Jumlah



Tabel silang, utk analisis lebih lanjut
Pendidikan
Jenis kelamin
jumlah

Laki-laki
Perempuan

1. SD
2. SMP
3.
5. dst



Jumlah





Sebelum dianalisis,
1.  Cek kembali apkh pengkodean sudah benar
2.  tabulasikan data dari hasil pengkodean
3.  cek kembali kebenaran tabulasi

Tabulasi dpt dilakukan pada :
1.     kartu/lembar tabulasi
2.     komputer

Tabulasi data
Skala
Ukuran gejala pusat
Nominal
Modus
Ordinal
median
Interval
mean
Ratio
Semua boleh

Analisis data : proses penyederhaan data ke dalam bentuk yg lebih mudah dibaca  dan diinterpretasikan
Hasil analisis, hasilnya diinterpretasikan utk mencari makna dan implikasi yg lebih luas. Dengan cara :
a.   interpretasi terbatas sesuai tujuan penelitian
b.   membandingkan dgn hasil penelitian sebelumnya

Statistik Deskriptif :
Analisis data bertujuan utk menjelaskan tingkah laku data bagi klpk data yg bersangkutan
° modus, median, mean
° ukuran penyebaran (range,simp. baku, koefisien variasi)

Contoh mean dan median :
Skor
Mean/rata-rata
median
3,4,6,7,10
6
6
3,4,6,7,100
24
6
3,4,6,7,1000
204
6

Modus :
                35,35,35,36,37,37,40,43,43,44,45

Statistika Deskriptif sebagai Alat Analisis:
Statistika Deskriptif merupakan metode atau alat analisis yang biasa
digunakan untuk menyederhanakan data agar mudah dipahami.

Penyajian : Bisa bentuk tabel (frekuensi, silang, diagram dan grafik).
Statistika deskriptif yang cocok digunakan adalah:
1. Skala Nominal : Modus, Frekuensi
2. Skala Ordinal : Median, Persentil, Rentang
3. Skala Interval : Mean, Deviasi Standard
4. Skala Rasio : Mean, Koefisien Variasi (ukuran dispersi relatif)

Statistik HANYA sebagai alat analisis